Diantara ibadah agung kaum syi'ah adalah
mencela, melaknat dan mengkafirkan Aisyah radhiallahu 'anhaa istri yang
paling dicintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana juga
merupakan ibadah yang paling agung mereka adalah mencela, melaknat dan
mengkafirkan ayahnya Abu Bakar As-Siddiiq lelaki yang paling dicintai
oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pencelaan ini merupakan
agama dan aqidah yang penting bagi kaum syi'ah, sebagaimana telah lalu
bahwasanya mereka melaknat Aisyah dalam doa mereka yang dikenal dengan
doa shonamai quraisy (silahkan lihat kembali artikel:
"Diantara Doa Terindah Syiah"). Hobi melaknat Aisyah ini dipelopori dan dihidupkan kembali oleh Khomeini, dimana ia menyatakan bahwa
Aisyah lebih buruk dari pada anjing dan babi (silahkan lihat :
http://www.lppimakassar.com/2012/08/khomeini-istri-nabi-aisyah-lebih-najis.html)
Setelah tewasnya Khomeini ternyata
pencelaan terhadap Aisyah digembar-gemborkan lagi oleh tokoh syi'ah dari
negeri Kuwait yang bernama Yasir Al-Habib (silahkan lihat kembali
artikel
"Bau Busuk Syiah Akhirnya Tercium Juga".
Hati
siapa yang tidak sakit dan teriris-iris jika ibunya dicela, dimaki,
direndahkan, dihina, dan dikafirkan??, bahkan dikatakan pezina??, lebih
najis daripada anjing dan babi??.
Apa yang harus kita katakan
jika Ibu kita bertanya kepada kita, apa yang telah kalian lakukan
tatkala aku dicela dan direndahkan??
Ibunda kita Aisyah
radhiallahu 'anhaa adalah Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah binti Abu
Bakr, Shiddiqah binti As-Shiddiq, istri tercinta Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau lahir empat tahun setelah diangkatnya Muhammad
menjadi seorang Nabi. Ibu beliau bernama Ummu Ruman binti Amir bin
Uwaimir bin Abdi Syams bin Kinanah yang meninggal dunia pada waktu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup yaitu tepatnya pada
tahun ke-6 H.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi
Aisyah dua tahun sebelum hijrah melalui sebuah ikatan suci yang
mengukuhkan gelar Aisyah menjadi ummul mukminin, tatkala itu Aisyah
masih berumur enam tahun. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membangun rumah tangga dengannya setelah berhijrah, tepatnya pada bulan
Syawwal tahun ke-2 Hijriah dan ia sudah berumur sembilan tahun.
Aisyah
menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku
pasca meninggalnya Khadijah sedang aku masih berumur enam tahun, dan aku
dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan tahun. Para
wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain ayunan dan
rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan mempertemukan aku
dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Abu Dawud: 9435).
Kemudian
biduk rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka selama 8 tahun 5
bulan, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia
pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.
Aisyah
adalah seorang wanita berparas cantik berkulit putih, sebab itulah ia
sering dipanggil dengan “Humaira”. Selain cantik, ia juga dikenal
sebagai seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
mempersiapkannya untuk menjadi pendamping Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam mengemban amanah risalah yang akan menjadi penyejuk
mata dan pelipur lara bagi diri beliau. Suatu hari Jibril memperlihatkan
(kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) gambar Aisyah pada
secarik kain sutra berwarna hijau sembari mengatakan,
“Ia adalah calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.” (HR. At-Tirmidzi (3880), lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3041))Selain
menjadi seorang pendamping setiap yang selalu siap memberi dorongan dan
motivasi kepada suami tercinta di tengah beratnya medan dakwah dan
permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang penuntut
ilmu yang senantiasa belajar dalam madrasah nubuwwah di mana beliau
menimba ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk orang
yang banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam berbagai
cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab.
Setidaknya sebanyak 1.210 hadits yang beliau riwayatkan telah disepakati
oleh Imam Bukhari dan Muslim dan 174 hadits yang hanya diriwayatkan
oleh Imam Bukhari serta 54 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam
Muslim. Sehingga para sahabat kibar tatkala mereka mendapatkan
permasalahan, mereka datang dan merujuk kepada Ibunda Aisyah.
Adapun keutamaan Aisyah maka sangatlah banyak. Keutamaan-keutamaan tersebut bisa diklasifikasikan menjadi
tiga bagian
PERTAMA : Keutamaan umum, yang juga dimiliki oleh para sahabat secara umum, (diantaranya silahkan baca
http://muslim.or.id/manhaj/keutamaan-para-sahabat-nabi.html,
dan
http://muslim.or.id/manhaj/kedudukan-sahabat-nabi-di-mata-umat-islam-1.html, dan http://muslim.or.id/manhaj/kedudukan-sahabat-nabi-di-mata-umat-islam-2.html, dan
http://muslim.or.id/manhaj/meneladani-sahabat-nabi-jalan-kebenaran.html)
KEDUA
: Keutamaan khusus, yang hanya dimiliki oleh para istri Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantara keutamaan-keutamaan tersebut :
Pertama : Allah menyatakan bahwa para istri Nabi kedudukannya tidak sama dengan para wanita biasa, Allah berfirman :
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ"Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa" (QS Al-Ahzaab : 32)
Allah juga berfirman ;
Kedua : Istri-istri Nabi kedudukannya seperti ibu kita. Allah berfirman :
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka". (QS Al-Ahzaab : 6)
Istri-istri
Nabi kedudukan mereka seperti ibu kita sendiri dari sisi penghormatan
(bukan dari sisi kemahroman). Oleh karenanya para ulama telah sepakat
bahwa setelah wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka tidak
boleh istri-istri beliau dinikahi oleh orang lain (Lihat Minhaajus
Sunnah 4/207). Allah berfirman :
وَمَا
كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلا أَنْ تَنْكِحُوا
أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ
عَظِيمًا"Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati)
Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya
sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah Amat besar (dosanya)
di sisi Allah" (QS Al-Ahzaab : 53)
Allah mengharamkan untuk
menikahi istri Nabi setelah wafatnya Nabi dalam rangka untuk
menghormati kedudukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena jika
ditinjau dari sisi pokok-pokok syari'at maka tidak ada dalil yang
mengharuskan pengharaman menikah dengan istri Nabi, akan tetapi jelas
pengharaman tersebut dikarenakan kedudukan Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam (Lihat As-Shoorim Al-Masluul hal 63)
Maka barang siapa
yang mencela istri-istri Nabi, apalagi sampai menuduh mereka telah
berzina maka hal ini sungguh merupakan perbuatan yang menyakiti Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjatuhkan kedudukan beliau, serta
perkara yang besar di sisi Allah.
Sebagian ulama menyebutkan
bahwa diantara hikmah tidak boleh menikahi istri Nabi setelah wafatnya
beliau karena dalil-dalil menunjukkan bahwa istri-istri Nabi di dunia
adalah juga istri-istri beliau di akhirat. Dan Nabi telah menjelaskan
bahwa seorang wanita di surga bersama suaminya yang terakhir. Jika
istri-istri Nabi menikah dengan lelaki lain maka mereka tidak akan
menjadi istri-istri Nabi di akhirat.
Ketiga
: Para istri Nabi telah direkomendasi oleh Allah bahwasanya mereka
lebih mendahulukan Allah, RasulNya dan akhirat daripada kemewahan dunia.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
قُلْ لأزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا
جَمِيلا (٢٨)وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ
الآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا
عَظِيمًاHai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu:
"Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka
Marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah (pemberian harta-pen) dan aku
ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki
(keridhoan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat,
Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik
diantara kalian pahala yang besar (QS Al-Ahzaab : 28-29)
Dan
sangatlah jelas bahwasanya setelah turun ayat ini ternyata tidak
seorangpun dari istri-istri Nabi yang diceraikan oleh Nabi, yang hal ini
menunjukkan bahwa mereka (para istri beliau) lebih mendahulukan Allah,
RasulNya, dan akhirat dari pada kemewahan dan perhiasan dunia. Dan dalam
ayat ini juga Allah telah menjanjikan bagi mereka pahala yang besar.
Disebutkan
dalam hadits yang shahih bahwasanya istri Nabi yang pertama kali
menyatakan bahwa ia memilih Allah dan RasulNya dari pada keindahan dunia
adalah Aisyah, lalu diikuti oleh istri-istri Nabi yang lainnya (Lihat
HR Al-Bukhari no 4785 dan Muslim no 1475)
Keempat
: Karena kemuliaan istri-istri Nabi, maka Allah pernah mengharamkan
Nabi untuk menikahi para wanita merdeka selain istri-istri beliau yang
ada.
Allah berfirman :
لا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاءُ مِنْ بَعْدُ وَلا أَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَاجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ"Tidak
halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh
(pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun
kecantikannya menarik hatimu" (QS Al-Ahzaab : 52)Ibnu Katsir rahimahullah berkata ;
ذكر
غير واحد من العلماء -كابن عباس، ومجاهد، والضحاك، وقتادة، وابن زيد، وابن
جرير، وغيرهم -أن هذه الآية نزلت مجازاة لأزواج النبي صلى الله عليه وسلم
ورضًا عنهن، على حسن صنيعهن في اختيارهن الله ورسوله والدار الآخرة، لما
خيرهن رسول الله صلى الله عليه وسلم، كما تقدم في الآية. فلما اخترن رسول
الله صلى الله عليه وسلم، كان جزاؤهن أن [الله] (3) قَصَره عليهن، وحرم
عليه أن يتزوج بغيرهن، أو يستبدل بهن أزواجا غيرهن، ولو أعجبه حسنهن إلا
الإماء والسراري فلا حجر عليه فيهن. ثم إنه تعالى رفع عنه الحجر (4) في ذلك
ونسخ حكم هذه الآية، وأباح له التزوج (5) ، ولكن لم يقع منه بعد ذلك
تَزَوّج لتكون المنة للرسول (6) صلى الله عليه وسلم عليهن."Banyak
ulama –seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-Dhohhaak, Qotaadah, Ibnu Zaid,
Ibnu Jarir dan yang lainnya- menyebutkan bahwasanya ayat ini turun
sebagai balasan untuk istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
atas baiknya sikap mereka yang memilih Allah, RasulNya, dan hari akhirat
tatkala Rasulullah memberi pilihan kepada mereka –sebagaimana ayat yang
lalu-.
Tatkala mereka memilih Rasulullah maka balasan bagi
mereka adalah Allah hanya membatasi Rasulullah pada mereka saja, dan
mengharamkan Nabi untuk menikahi wanita selain mereka, atau menggantikan
mereka dengan wanita-wanita yang lain meskipun wanita-wanita yang lain
tersebut cantik, kecuali hanya para budak dan tawanan maka tidak
mengapa. Kemudian Allah mengangkat/memansukhkan hukum ayat ini dan
membolehkan beliau untuk menikahi wanita yang lain, akan tetapi
kenyataannya Nabi tidak menikah lagi, agar hal ini (yaitu Nabi tidak
menikah lagi) menjadi kebaikan Nabi bagi mereka" (Tafsir Al-Quraan
Al-'Azhiim 6/447)
Kelima : Allah telah membersihkan istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari dosa-dosa.
وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى
وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا"Dan hendaklah kamu tetap
di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, Hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya" (QS Al-Ahzaab : 33)
Ayat
ini sangat jelas menunjukkan bahwa para istri-istri Nabi shallallahu
'alahi wa sallam dinyatakan sebagai Ahlu Bait Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam. Dan Allah menyatakan bahwa Allah ingin membersihkan mereka
sebersih-bersihnya. Tidak ada khilaf diantara para ulama bahwa yang
dimaksud dengan Ahlul Bait di dalam ayat ini adalah istri-istri Nabi,
karena merekalah sebab diturunkan ayat ini. Dan para ulama berselisih
apakah selain para istri Nabi juga masuk dalam ayat ini dari kalangan
ahlul bait yang lain?? (lihat penjelasan Ibnu Katsiir dalam tafsirnya
6/410)
Selain ayat di atas, banyak dalil yang menunjukkan bahwasanya istri-istri Nabi termasuk ahlul bait. Diantaranya :
-
Secara bahasa penggunaan kata ahlul bait adalah mencakup keluarga
seseorang (anak dan istrinya). Hal ini sebagaimana firman Allah
قَالُوا
أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (٧٣)"Para
Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas
kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (QS Huud : 73)
Ayat ini jelas bahwa ahlu bait Nabi Ibrahim adalah termasuk istri beliau.
-
Sangat jelas bahwa kita diperintahkan untuk bersholawat kepada ahlul
bait, dan dalam salah satu lafal shalawat dengan jelas menyebutkan
istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari Abu Humaid
As-Saa'idi radhiallahu 'anhu berkata :
أَنَّهُمْ
قَالُوا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُوْلُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌMereka
berkata, "Wahai Rasulullah bagaimana kami bersholawat kepada engkau?".
Maka Rasulullah berkata, "Katakanlah : Ya Allah bersholawatlah kepada
Muhammad dan istri-istrinya serta keturunannya sebagaimana Engkau
bersholawat kepada keluarga Ibrahim, dan berkatilah Muhammad dan
istri-istrinya serta keturunannya sebagaimana engkau memberkahi keluarga
Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung" (HR Al-Bukhari no 3369)
- Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :
اللهم اجعل رزق آل محمد قوتا"Yaa Allah jadikanlah rezeki keluarga Muhammad secukupnya" (HR Al-Bukhari no 6460 dan Muslim no 1055)
Maka
orang-orang yang mengaku-ngaku mencintai ahlul bait hendaknya mereka
mencintai, menghormati, dan membela para istri Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam.
Perhatian :
Keanehan kaum syi'ah terhadap ayat ini adalah mereka mencela
istri-istri Nabi yang telah dinyatakan oleh Allah akan dibersihkan oleh
Allah dari dosa-dosa, lantas dengan ayat ini pula mereka menyatakan
bahwa ahlul bait yang dimaksud dalam ayat ini adalah Ali, Fathimah,
Hasan dan Husain. Apakah dalil mereka memasukan Ali, Fathimah, Hasan
dan Husain radiallahu 'anhum dalam ayat ini??!!. Ternyata dalilnya
adalah sebuah hadits yang hanya diriwayatkan dengan sanad yang shahih
oleh Aisyah radhiallahu 'anhaa.
قالت عائشة
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةً وَعَلَيْهِ
مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ فَجَاءَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيُّ
فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَدَخَلَ مَعَهُ ثُمَّ جَاءَتْ
فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا ثُمَّ جَاءَ عَلِيٌّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ قَالَ
إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاAisyah berkata ; "Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam keluar di suatu pagi, beliau memakai
sebilah kain yang bergambar pelana onta yang terbuat dari bulu/rambut
hewan yang berwarna hitam. Maka datanglah Al-Hasan bin 'Ali lalu Nabipun
memasukannya di kain tersebut, lalu datang Al-Husain maka iapun masuk
bersama Al-Hasan, lalu datang Fathimah maka Nabi memasukannya ke kain
tersebut, lalu datang Ali maka Nabipun juga memasukannya, kemudian Nabi
berkata
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" (HR Muslim no 2424).
Ini
adalah hadits yang sangat diagungkan syi'ah yang dikenal dengan hadits
Al-Kisaa'. Jika kaum syi'ah mengkafirkan Aisyah maka seharusnya mereka
menolak hadits ini, karena tidak ada satu kitab syi'ahpun yang
meriwayatkan dengan sanad yang shahih tentang hadits al-kisaa' ini.
KETIGA : Keutamaan lebih khusus yang hanya dimiliki oleh Aisyah radhiallahu 'anhaa, silahkan baca di (
http://muslimah.or.id/keluarga/kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah.html) disertai dengan beberapa tambahan yang lain
Banyak
sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda Aisyah, sampai-sampai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam
sabdanya:
كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ
وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ
كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ“Orang
yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari
kalangan wanita hanyalah Asiyah istri Fir’aun, Maryam binti Imron, dan
keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala
makanan.” (HR. Bukhari no 3411 dan Muslim (2431) diriwayatkan oleh sahabat Abu Musaa Al-Asy'ari)
Ats-Tsariid
merupakan makanan yang terbuat dari potongan daging yang dicampur
dengan potongan roti disertai kuah kaldu. Ia merupakan makanan terbaik
di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dibandingkan dengan
makanan-makanan yang lain. Ternyata keutamaan Aisyah dibandingkan
seluruh wanita sebagaimana keutamaan Ats-Tsariid (makan terbaik)
dibandingkan seluruh makanan.
Hadits ini ternyata diriwayatkan
oleh Abu Musaa Al-Asy'ari dan Anas bin Maalik. Adapun Abu Musaa
Al-Asya'ri radhiallahu 'anhu maka beliau adalah sahabat yang telah
dipercayakan oleh Ali bin Abi Thoolib sebagai wakil Ali bin Abi Tholib
sebagai Hakam dalam perang Siffiin. Hal ini menunjukkan akan
penghormatan dan kepercayaan Ali bin Abi Thoolib kepada beliau. Ternyata
Abu Musaa Al-Asy'ari radhiallahu 'anhu telah meriwayatkan sebuah hadits
yang agung tentang keutamaan Ibunda Aisyah radhiallahu 'anhaa. Bahkan
–sebagaimana akan datang- Abu Musa Al-Asy'ariy yang telah menjelaskan
akan luasnya ilmu ibunda Aisyah, sehingga kalau ada sahabat yang tidak
paham tentang sebuah hadits maka mereka bertanya kepada Aisyah.
Akan
tetapi anehnya kaum syi'ah tetap memasukan Abu Musa Al-Asy'ari dalam
kalangan para sahabat yang murtad !!!!. Apakah Ali bin Abi Thholib yang
mempercayakan Abu Musa sebagai wakil beliau dan hakam dalam perang
siffiin tidak tahu akan murtadnya Abu Muusaa??. Ali tidak tahu namun
kaum syia'ah tahu??!!
Diantara keutamaan Aisyah radhiallahu 'anhaa adalah :Pertama:
Beliau adalah satu-satunya istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain karena mereka dinikahi tatkala
janda.
Aisyah sendiri pernah mengatakan, “Aku telah diberi
sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam.
Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala
aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali
diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku
serta beliau dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku,
Al-Quran turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku
adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun
dari atas langit, aku dilahirkan dari dua orang tua yang baik, aku
dijanjikan dengan ampunan dan rezeki yang mulia.” (Lihat al-Hujjah Fi
Bayan Mahajjah (2/398))
Kedua: Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan wanita.
Suatu
ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?”
Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau
menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384))
Maka
pantaskah kita membenci apalagi mencela orang yang paling dicintai oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?!! Mencela Aisyah berarti
mencela, menyakiti hati, dan mencoreng kehormatan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Na’udzubillah.
Ketiga:
Para sahabat kalau ingin memberikan hadiah buat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam maka mereka memilih hari jatah nginap Nabi di rumah
Aisyah, mereka melakukan demikian dalam rangka mencari keridhoan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam
Keempat : Aisyah adalah wanita yang paling ‘alim daripada wanita lainnya.
Berkata
az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para
wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat Al-Mustadrak Imam
Hakim (4/11))
Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling
faqih dan pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa
kemaslahatan untuk umum.” (Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11))
Berkata
Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya yang
memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih, ilmu kesehetan,
dan ilmu syair.”
Kelima: Tidak seorang istri Nabipun yang tatkala turun wahyu kepada Nabi dalam kondisi Nabi bersamanya dalam satu selimut
Tatkala ada seorang wanita membicarakan Aisyah maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ;
لاَ تُؤْذِيْنِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّ الْوَحْيَ لَمْ يَأْتِنِي وَأَنَا فِي ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلاَّ عَائِشَةَ"Janganlah
engkau menggangguku tentang Aisyah, sesungguhnya wahyu tidaklah datang
kepadaku dan aku dalam kondisi berada dalam satu selimut bersama seorang
wanitapun kecuali Aisyah" (HR Al-Bukhari no 2581)
Keenam :
Para sahabat apabila menjumpai ketidakpahaman dalam masalah agama, maka
mereka datang kepada Aisyah dan menanyakannya hingga Aisyah menyebutkan
jawabannya.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari,
مَا
أَشْكَلَ عَلَيْنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَدِيْثاً قَطْ فَسَأَلْنَا عَنْهُ عَائِشَةَ إِلاَّ وَجَدْنَا
عِنْدَهَا مِنْهُ عِلْماً“Tidaklah kami kebingungan
tentang suatu hadits lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami
mendapatkan jawaban dari sisinya.” (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi
(3044))
Ketujuh:
Tatkala istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi pilihan
untuk tetap bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kehidupan
apa adanya, atau diceraikan dan akan mendapatkan dunia, maka Aisyah
adalah orang pertama yang menyatakan tetap bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bagaimanapun kondisi beliau sehingga istri-istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain mengikuti pilihan-pilihannya.
Kedelapan:
Syari’at tayammum disyari’atkan karena sebab beliau, yaitu tatkala
manusia mencarikan kalungnya yang hilang di suatu tempat hingga datang
waktu Shalat namun mereka tidak menjumpai air hingga disyari’atkanlah
tayammum.
Berkata Usaid bin Khudair, “Itu adalah awal keberkahan bagi kalian wahai keluarga Abu Bakr.” (HR. Bukhari (334))
Kesembilan: Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ketujuh.
Prahara
tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang munafik untuk menjatuhkan
martabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat istri beliau telah
tumbang dengan turunnya 16 ayat secara berurutan yang akan senantiasa
dibaca hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersaksikan
kesucian Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan rezeki yang baik.
Namun,
karena ketawadhu’annya (kerendahan hatinya), Aisyah mengatakan,
“Sesungguhnya perkara yang menimpaku atas diriku itu lebih hina bila
sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangku melalui wahyu yang
akan senantiasa dibaca.” (HR. Bukhari (4141))
Oleh karenanya,
apabila Masruq meriwayatkan hadits dari Aisyah, beliau selalu
mengatakan, “Telah bercerita kepadaku Shiddiqoh binti Shiddiq, wanita
yang suci dan disucikan.”
Kesepuluh:
Barang siapa yang menuduh beliau telah berzina maka dia kafir, karena
Al-Quran telah turun dan menyucikan dirinya, berbeda dengan istri-istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.
Kesebelas:
Dengan sebab beliau Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan hukuman
cambuk bagi orang yang menuduh wanita muhshanat (yang menjaga diri)
berzina, tanpa bukti yang dibenarkan syari’at.
Kedua belas: Jibril mengirim salam buat Aisyah
عن
أبي سلمة أن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
(يَا عَائِشَةُ هَذَا جِبْرِيْلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ) (قالت وَعَلَيْهِ
السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ )Dari Abu Salamah bahwasanya Aisyah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
"Wahai Aisyah, ini Jibril mengucapkan salam kepadamu". Aisyah berkata, "Dan salam dan rahmat Allah baginya" (HR Al-Bukhari no 3217)
Ketiga Belas
: Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, Beliau
memilih tinggal di rumah Aisyah dan akhirnya Beliau pun meninggal dunia
dalam dekapan Aisyah.
Berkata Abu Wafa’ Ibnu Aqil, “Lihatlah
bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih untuk tinggal
di rumah Aisyah tatkala sakit dan memilih bapaknya (Abu Bakr) untuk
menggantikannya mengimami manusia, namun mengapa keutamaan agung semacam
ini bisa terlupakan oleh hati orang-orang Rafidhah padahal
hampir-hampir saja keutamaan ini tidak luput sampaipun oleh binatang,
bagaimana dengan mereka…?!!”
Aisyah meninggal dunia di Madinah
malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 H, pada masa pemerintahan Muawiyah,
di usianya yang ke 65 tahun, setelah berwasiat untuk dishalati oleh Abu
Hurairah dan dikuburkan di pekuburan Baqi pada malam itu juga. Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai Aisyah dan menempatkan beliau pada
kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. Aamiin
KELAZIMAN MENCELA AISYAH
Pertama : Mencela Aisyah berarti mencela Al-Qur'an,
karena Allah telah menurunkan 16 ayat dalam rangka membela Aisyah yang
telah dituduh berzina oleh orang-orang munafiq.
Bahkan para ulama
telah sepakat bahwa barang siapa yang masih menuduh Aisyah sebagai
pezina setelah pembelaan Allah maka ia telah kafir. Allah befirman :
يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ"Allah
memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu
(menuduh Aisyah berzina-pen) selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang
beriman" (QS An-Nuur : 17)
Kedua :
Mencela Aisyah berarti mencela harga diri Nabi shalallahu 'alaihi wa
sallam, bahkan mencela kebenaran kenabian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam. Karena bagaimana mungkin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
tetap nekat membiarkan seorang wanita kafir dan pezina menjadi istrinya?
Allah berfirman :
الْخَبِيثَاتُ
لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ
لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ
مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٢٦)"Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan
dan rezki yang mulia (surga)" (QS An-Nuur : 26).
Allah
menyatakan bahwa wanita baik-baik untuk para lelaki yang baik, lantas
apakah kemudian Allah menjadikan bagi Nabi-Nya seorang wanita kafir dan
pezina??!!
Bahkan Allah menjadikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mencintai Aisyah??
عن
عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلَاسِلِ قَالَ فَأَتَيْتُهُ
قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ
عَائِشَةُ قَالَ قُلْتُ فَمِنْ الرِّجَالِ قَالَ أَبُوهَا إِذًا قَالَ
قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ عُمَرُ قَالَ فَعَدَّ رِجَالًاDari
'Amr bin Al-'Aash berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengutusku dalam pasukan dalam perang Dzaatus Salaasil. Lalu akupun
mendatangi beliau dan aku berkata, "Wahai Rasulullah siapakah yang
paling engkau cintai?". Nabi berkata, "
Aisyah". Aku berkata, "Dari kalangan para lelaki siapakah yang paling kau cintai?", beliau berkata, "
Ayahnya kalau begitu (yaitu Abu Bakar)". Aku berkata, "Lalu siapa?", beliau menjawab, "
Umar", lalu Nabi menyebutkan beberapa lelaki" (HR Al-Bukhari no 3662 dan Muslim no 2384)
Bahkan bukankah Nabi shallallahu 'alaiahi wa sallam meninggal di rumah Aisyah?, dalam pangkuannya? Lalu dikuburkan di rumahnya??
Mencela
Aisyah juga menunjukkan bahwa Muhammad bukanlah seorang Nabi, karena
jika Muhammad seorang Nabi maka paling tidak Allah akan mengabarkan
kepada Nabi tentang hakikat Aisyah agar Nabi menceraikannya. Minimal
Nabi akan menunjukkan sikap berlepas dirinya dari perbuatan Aisyah !!!
Ketiga
: Mencela Aisyah berarti mencela Ali bin Abi Tholib, karena kenapa Ali
tidak meminta Nabi untuk menceraikan Aisyah??, bukankan Ali adalah
seorang pemberani?, apakah dia ridho dengan sikap Nabi yang beristrikan
seorang wanita yang pezina atau kafir atau tukang bermaksiat??
Kemudian
juga setelah perang jamal, kenapa Ali tidak membunuh Aisyah karena
telah dianggap murtad??, apakah Ali tidak berani dan pengecut untuk
menegakkan hukum had kepada Aisyah??. Demikian juga Fathimah radhiallahu
'anhaa, bukankah ia sering mengunjungi rumah ayahnya?, lantas kenapa
tidak memberitahukan kepada ayahnya tentang hakikat busuk istrinya
Aisyah?, kenapa juga tidak meminta agar ayahnya menceraikah istrinya
Aisyah?, bahkan membiarkan ayahnya hidup seatap bahkan seranjang dengan
seorang pezina???
Keempat : Mencela dan
mengkafirkan Aisyah merupakan jalan termudah bagi kaum syi'ah untuk
menghancurkan sunnah-sunnah Nabi. Karena Aisyah adalah termasuk sahabat
yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Abu Hurairah. Dan
keduanya (Aisyah dan Abu Huroiroh) dikafirkan oleh syi'ah, maka dengan
demikian ribuan hadits telah dijatuhkan dan didustakan oleh kaum syi'ah
karena diriwayatkan oleh dua orang murtad yaitu Aisyah dan Abu Huroiroh.
Berikut ini cuplikan untaian bait-bati sya'ir pembelaan terhadap Aisyah karya Ibnu Bahiij Al-AndalusiBeliau membela Aisyah dengan seakan-akan berbicara atas nama lisan Aisyah radhiallahu 'anhaa
يا مُبْغِضِي لا تَأْتِ قَبْرَ مُحَمَّدٍ== فالبَيْتُ بَيْتِي والمَكانُ مَكانِيWahai
yang membenciku, janganlah engkau mendatangi kuburan Muhammad,
sesungguhnya rumah tempat dikuburkan beliau adalah kuburanku, dan tempat
tersebut adalah tempatku
إِنِّي خُصِصْتُ على نِساءِ مُحَمَّدٍ == بِصِفاتِ بِرٍّ تَحْتَهُنَّ مَعانِيSesungguhnya
aku telah dikhususkan di antara para istri Nabi dengan sifat-sifat
mulia yang mengandung nilai-nilai mulia dibalik sifat-sifat tersebut
وَسَبَقْتُهُنَّ إلى الفَضَائِلِ كُلِّها == فالسَّبْقُ سَبْقِي والعِنَانُ عِنَانِيAku
telah mendahului mereka menuju keutamaan dan kemuliaan, maka kemenangan
adalah kemenanganku, dan tali kekang adalah tali kekangku
مَرِضَ النَّبِيُّ وماتَ بينَ تَرَائِبِي== فالْيَوْمُ يَوْمِي والزَّمانُ زَمانِيNabi sakit dan wafat di dadaku, beliau wafat tatkala di jatah hariku dan waktuku
زَوْجِي رَسولُ اللهِ لَمْ أَرَ غَيْرَهُ == اللهُ زَوَّجَنِي بِهِ وحَبَانِيSuamiku
adalah Rasulullah, dan aku tidak pernah bersuami selain beliau, Allah
telah menikahkan aku dengannya dan menganugerahkanku untuknya
وَأَتَاهُ جِبْرِيلُ الأَمِينُ بِصُورَتِي == فَأَحَبَّنِي المُخْتَارُ حِينَ رَآنِيMalaikat Jibril yang terpercaya mendatanginya dengan membawa gambarku, maka Nabi pun mencintaiku tatkala melihatku
أنا بِكْرُهُ العَذْراءُ عِنْدِي سِرُّهُ == وضَجِيعُهُ في مَنْزِلِي قَمَرانِAku
adalah gadisnya (perawannya), dan aku memiliki rahasia-rahasianya, aku
adalah teman tidurnya di rumahku, kami berdua ibarat matahari dan
rembulan
وتَكَلَّمَ اللهُ العَظيمُ بِحُجَّتِي == وَبَرَاءَتِي في مُحْكَمِ القُرآنِAllah Yang Maha Agung telah berfirman dalam Al-Qur'an untuk membelaku dan menyatakan bersihnya diriku dari tuduhan nista
واللهُ خَفَّرَنِي وعَظَّمَ حُرْمَتِي == وعلى لِسَانِ نَبِيِّهِ بَرَّانِيAllah telah membelaku dan mengagungkan kehormatanku, dan melalui lisan NabiNya mensucikan aku
واللهُ في القُرْآنِ قَدْ لَعَنَ الذي == بَعْدَ البَرَاءَةِ بِالقَبِيحِ رَمَانِيِAllah
dalam Al-Qur'an sungguh telah melaknat orang yang tetap menuduhku
dengan perbuatan nista setelah turun pembelaan Allah kepadaku
إنِّي لَمُحْصَنَةُ الإزارِ بَرِيئَةٌ == ودَلِيلُ حُسْنِ طَهَارَتِي إحْصَانِي
Sungguh
aku adalah seorang istri yang menjaga diri yang suci dari tuduhan, dan
bukti sucinya diriku adalah aku seorang wanita yang bersuami
واللهُ أَحْصَنَنِي بخاتَمِ رُسْلِهِ == وأَذَلَّ أَهْلَ الإفْكِ والبُهتَانِAllah
telah menjagaku dengan menjadikan suami adalah penutup para Nabi, dan
Allah telah menghinakan para pendusta (yang telah menuduhku dengan
perbuatan nista)
وسَمِعْتُ وَحْيَ اللهِ عِنْدَ مُحَمَّدٍ == مِن جِبْرَئِيلَ ونُورُهُ يَغْشانِيAku telah mendengar wahyu Allah tatkala Jibril menurunkan wahyu kepada Muhammad dimana Nabi sedang meliputiku dalam selimutnya
مَنْ ذا يُفَاخِرُني وينْكِرُ صُحْبَتِي == ومُحَمَّدٌ في حِجْرِهِ رَبَّاني؟Siapakah yang ingin menyaingiku dan mengingkari persahabatanku dengan Nabi, sementara Muhammad telah mendidikku di pangkuannya??
وأَخَذْتُ عن أَبَوَيَّ دِينَ مُحَمَّدٍ == وَهُما على الإسْلامِ مُصْطَحِبانِ
Aku telah menerima agama Muhammad dari kedua orang tuaku, dan ayahku dan Muhammad adalah dua orang sahabat di atas Islam
وأبي أَقامَ الدِّينَ بَعْدَ مُحَمَّدٍ == فالنَّصْلُ نَصْلِي والسِّنانُ سِنانِيSetelah
wafatnya Muhammad maka ayahkulah yang telah berjuang menegakkan agama,
maka panah perjuangan adalah panahku dan pedang perjuangan adalah
pedangku
والفَخْرُ فَخْرِي والخِلاَفَةُ في أبِي == حَسْبِي بِهَذا مَفْخَراً وكَفانِيKebanggaan
adalah kebanggaanku, dan kekhilafaan setelah wafatnya Nabi dibawah
tampuk kepemimpinan ayahku cukuplah menjadi kebanggaanku dan hal ini
saja sudah cukup bagiku
وأنا ابْنَةُ الصِّدِّيقِ صاحِبِ أَحْمَدٍ == وحَبِيبِهِ في السِّرِّ والإعلانِAku adalah putri dari Abu Bakr As-Shiddiq sahabat Nabi, kekasih Nabi baik dalam kerahasiaan maupun terang-terangan
نَصَرَ النَّبيَّ بمالِهِ وفَعالِهِ == وخُرُوجِهِ مَعَهُ مِن الأَوْطانِAyahku telah menolong Nabi dengan harta dan perjuangannya, ia telah keluar hijroh bersama Nabi meninggalkan negeri Mekah
ثَانِيهِ في الغارِِ الذي سَدَّ الكُوَى == بِرِدائِهِ أَكْرِمْ بِهِ مِنْ ثانِDialah
yang telah menemani Nabi di gua (tatkala mereka hanya berduaan) yang
ayahku telah menutup lobang kalajengking dengan selendangnya, maka
sungguh mulia ayahku
وَجَفَا الغِنَى حتَّى تَخَلَّلَ بالعَبَا == زُهداً وأَذْعَنَ أيَّمَا إذْعانِAyahku
telah meninggalkan kekayaannya (demi membela Nabi), hingga beliau
memakai pakaian yang bolong-bolong karena zuhud, dan ia telah
benar-benar tunduk kepada Nabi
…………
…………
وإذا أَرَادَ اللهُ نُصْرَةَ عَبْدِهِ == مَنْ ذا يُطِيقُ لَهُ على خِذْلانِ؟Jika Allah berkehendak untuk menolong hambaNya, maka siapakah yang mampu untuk menghinakannya??
مَنْ حَبَّنِي فَلْيَجْتَنِبْ مَنْ َسَبَّنِي == إنْ كَانَ صَانَ مَحَبَّتِي وَرَعَانِيBarang siapa yang mencintaiku maka jauhilah orang yang mencaciku, jika memang ia ingin menjaga kecintaanku dan memperhatikan aku
وإذا مُحِبِّي قَدْ أَلَظَّ بِمُبْغِضِي == فَكِلاهُمَا في البُغْضِ مُسْتَوِيَانِDan ternyata pecintaku masih terus bersama orang yang memusuhiku, maka keduanya pada hakikatnya sama dalam memusuhiku
إنِّي لأُمُّ المُؤْمِنِينَ فَمَنْ أَبَى == حُبِّي فَسَوْفَ يَبُوءُ بالخُسْرَانِAku adalah ibu kaum mukminin, maka barang siapa yang enggan ia akan membawa kerugian
اللهُ حَبَّبَنِي لِقَلْبِ نَبِيِّهِ == وإلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيمِ هَدَانِيAllah telah menjadikan aku kecintaan hati NabiNya, dan telah menunjukkanku ke jalan yang lurus
واللهُ يُكْرِمُ مَنْ أَرَادَ كَرَامَتِي == ويُهِينُ رَبِّي مَنْ أَرَادَ هَوَانِيAllah akan memuliakan orang yang ingin memuliakan aku, dan akan menghinakan orang yang hendak merendahkan aku
واللهَ أَسْأَلُهُ زِيَادَةَ فَضْلِهِ == وحَمِدْتُهُ شُكْراً لِمَا أَوْلاَنِيDan hanya kepada Allah akun memohon tambahan karuniaNya, aku memujiNya sebagai bentuk syukur atas karuniaNya
يا مَنْ يَلُوذُ بِأَهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ == يَرْجُو بِذلِكَ رَحْمَةَ الرَّحْمانِWahai orang yang berlindung dibalik keluarga Muhammad karena mengharapkan rahmat Allah
صِلْ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ ولا تَحِدْ == عَنَّا فَتُسْلَبَ حُلَّةَ الإيمانِSambunglah
silaturahmi dengan ibu-ibu kaum mukiminin (istri-istri Nabi) dan jangan
sampai engkau melenceng dari kami, sehingga menyebabkan pakaian
keimananmu hilang
إنِّي لَصَادِقَةُ المَقَالِ كَرِيمَةٌ == إي والذي ذَلَّتْ لَهُ الثَّقَلانِSungguh aku adalah wanita yang jujur dalam perkataan dan wanita yang mulia, demi Dzat yang manusia dan jin tunduk hina kepadaNya
Al Madinah Al Nabawiyah, 27-01-1434 H / 11 Desember 2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com